FONOLOGI
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah
Bahasa Indonesia
Oleh:
Muchammad
Abdush S.
|
NIM 113008
|
|
SEKOLAH TINGGI AGAMA
ISLAM PATI
JURUSAN
TARBIYAH
PRODI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
2013
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin,
puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
Illahi Robbi yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehinnga penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Fonologi” tepat pada waktunya.
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kapita Selekta Bahasa Indonesia. Adapun
isi dari makalah yaitu menjelaskan tentang batasan dan kajian fonologi,
beberapa pengetian mengenai tata bunyi, kajian fonetik, kajian fonemik, gejala
fonologi Bahasa Indonesia.
Dalam penyusunannya, penulis memperoleh
banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua
Orang Tua yang selalu mendo’akan
2. Dosen
pengampuDra. Suryatun, M.Pd.
3. Pihak-pihak yang
membantusehinggamakalahinibisaselesai.
Dari
sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit
kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi. Meskipun penulis
berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu
ada yang kurang.
Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna. Hal ini semata-mata karena keterbatasan kemampuan penulis
sendiri. Oleh karena itu, sangatlah penulis harapkan saran dan kritik yang
positif dan membangun dari semua pihak agar makalah ini menjadi lebih baik dan
berdaya guna di masa yang akan datang.
Pati,
Oktober 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Penulisan .................................................................................. 1
B. Rumusan
Masalah ............................................................................................ 1
C. Tujuan
Penulisan .............................................................................................. 1
D. Manfa’at Penulisan ........................................................................................... 2
BAB II KAJIAN
PUSTAKA
A. Batasan
dan Kajian Fonologi............................................................................. 3
B. Beberapa
Pengertian Mengenai Tata Bunyi......................................................... 3
C. Kajian
Fonetik.................................................................................................. 4
D. Kajian
Fonemik................................................................................................ 8
E.
Gejala Fonologi Bahasa Indonesia..................................................................... 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
..................................................................................................... 11
B. Saran
.............................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... ..... 13
1. Realisasi Fonem
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Bahasa adalah
suatu sistem lambang bunyi yang dipakai manusia untuk tujuan komunikasi. Oleh
karena itu pengajaran Bahasa Indonesia pada hakekatnya mempunyai ruang lingkup
dan tujuan yang menumbuhkan kemampuan mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan
menggunakan bahasa yang baik dan benar agar seseorang dapat berkomunikasi
dengan baik dan benar.
Banyak kajian
teori mengenai bahasa ini. Salah satunya kajian tentang fonologi. Sebagai calon
pendidik selayaknya memahami kajian tentang fonologi ini untuk dijadikan pedoman mengajarkan
pelajaran Bahasa Indonesia. Penulis merasa perlu untuk menyusun makalah ini
agar dapat membantu penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya untuk
mengetahui tentang batasan dan kajian fonologi, beberapa pengetian mengenai
tata bunyi, kajian fonetik, kajian fonemik, gejala fonologi Bahasa Indonesia.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun yang menjadi
rumusan masalahnya, yaitu:
1.
Bagaimana batasan dan
kajian fonologi
2.
Bagaimanaartitata
bunyi (fonem dan alofon)
3.
Bagaimana yang
dimaksud dengan kajian fonetik
4.
Bagaimana yang dimaksud
dengan kajian fonemik
5.
Bagaimana gejala fonologi
Bahasa Indonesia
C.
Tujuan
Penulisan
Adapun beberapa tujuan dalam penulisan
makalah ini, yaitu:
1.
Menjelaskan
batasan dan kajian fonologi
2.
Menjelaskanbeberapa
pengetian mengenai tata bunyi (fonem dan alofon)
3.
Menjelaskankajian
fonetik
4.
Menjelaskan
kajian fonemik
5.
Menjelaskan
gejala fonologi Bahasa Indonesia
D. Manfa’at Penulisan
Adapun beberapa tujuan dalam penulisan
makalah ini, yaitu:
1.
Meningkatkan
pemahaman batasan dan kajian fonologi
2.
Meningkatkan
pemahaman beberapa pengetian mengenai tata bunyi
(fonem dan alofon)
3.
Meningkatkan
pemahaman kajian fonetik
4.
Meningkatkan
pemahaman kajian fonemik
5.
Meningkatkan
pemahaman gejala fonologi Bahasa Indonesia
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
A.
Batasan
dan Kajian Fonologi
Istilah
fonologi berasal dari bahasa Yunani
yaitu phone = ‘bunyi’, logos = ‘ilmu’. Secara harfiah,
fonologi adalah ilmu bunyi.
Fonologi
merupakan bagian dari ilmu bahasa yang mengkaji bunyi. Objek kajian fonologi
yang pertama bunyi bahasa (fon) yang disebut tata bunyi (fonetik) dan yang
kedua mengkaji fonem yang disebut tata fomen (fonemik).
Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa fonologi adalah cabang ilmu bahasa
(linguistik) yang mengkaji bunyi-bunyi bahasa, proses terbentuknya dan
perubahannya. Fonologi mengkaji bunyi bahasa secara umum dan fungsional.
B.
Beberapa
Pengetian Mengenai Tata Bunyi
1.
Fonem
Istilah fonem dapat didefinisikan sebagai
satuan bahasa terkecil yang bersifat fungsional, artinya satuan fonem memiliki
fungsi untuk membedakan makna.
Fonem dalam
bahasa mempunyai beberapa macam lafal yang bergantung pada tempatnya dalam kata
atau suku kata. Contoh fonem /t/ jika berada di awal kata atau suku kata,
dilafalkan secara lepas. Pada kata /topi/, fonem /t/ dilafalkan lepas. Namun
jika berada di akhir kata, fonem /t/ tidak diucapkan lepas. Bibir kita masih
tetap rapat tertutup saat mengucapkan bunyi, misal pada kata /buat/.
2. Alofon
Varian
fonem berdasarkan posisi dalam kata, misal fonem pertama pada kata makan dan
makna secara fonetis berbeda. Variasi suatu fonem
yang
tidak membedakan arti dinamakan alofon. Alofon dituliskan diantara dua kurung
siku […]. Kalau[p] yang lepas kita tandai dengan [p] saja, sedangkan [p] yang
tak lepas kita tandai dengan [p>]. Maka kita dapat berkata bahwa dalam
Bahasa Indonesia fonem /p/ mempunyai dua alofon, yakni [p] dan [p>].
C.
Kajian
Fonetik
1.
Klasifikasi
Bunyi
a)
Berdasarkan
ada tidaknya rintangan terhadap arus udara dalam saluran suara.
1) Vokal adalah bunyi
bahasa yang arus udaranya tidak mengalami rintangan. Pada pembentukan vokal
tidak ada artikulasi.
2)
Konsonan adalah bunyi
bahasa yang dibentuk dengan menghambat arus udara pada sebagian alat ucap.
Dalam hal ini terjadi artikulasi.
3)
Bunyi semi-vokal adalah
bunyi yang secara praktis termasuk konsonan, tetapi karena pada waktu
diartikulasikan belum membentuk konsonan murni.
b)
Berdasarkan
jalan keluarnya arus udara.
1)
Bunyi
nasal, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan menutup arus udara ke luar melalui rongga mulut dan membuka jalan
agar arus udara dapat keluar melalui rongga hidung.
2)
Bunyi
oral, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan jalan mengangkat ujung anak tekak
mendekati langit-langit lunak untuk menutupi rongga hidung, sehingga arus udara
keluar melalui mulut.
c) Berdasarkan ada tidaknya ketegangan arus udara
saat bunyi di artikulasikan.
1)
Bunyi keras (fortis), yaitu bunyi bahasa yang pada waktu
di artikulasikan disertai ketegangan kuatarus.
2)
Bunyi lunak (lenis), yaitu bunyi yang pada waktu di artikulasikan
tidak disertai ketegangan kuatarus.
d)
Berdasarkan
lamanya bunyi pada waktu diucapkan atau diartikulasikan
1)
Bunyi panjang
2)
Bunyi pendek
e)
Berdasarkan
derajat kenyaringannya
Bunyi dibedakan menjadi bunyi nyaring
dan bunyi tak nyaring. Derajat kenyaringan ditentukan oleh luas atau besarnya
ruang resonansi pada waktu bunyi diucapkan. Makin luas ruang resonansi saluran
bicara waktu membentuk bunti, makin tinggi derajat kenyaringannya. Begitu pula
sebaliknya.
f)
Berdasarkan
perwujudannya dalam suku kata
1)
Bunyi
tunggal, yaitu bunyi yang berdiri sendiri dalam satu suku kata (semua bunyi
vokal atau monoftong dan konsonan).
2)
Bunyi rangkap, yaitu dua bunyi atau lebih yang terdapat
dalam satu suku kata. Bunyi rangkap terdiri dari
3)
Diftong (vocal rangkap) : [ai], [au] dan [oi].
4)
Klaster (gugus konsonan) : [pr], [kr], [tr] dan [bl].
g)
Berdasarkan
arus udara
1)
Bunyi egresif, yaitu bunyi
yang di bentuk dengan cara mengeluarkan arus udara dari dalam paru-paru. Bunyi egresif di bedakan menjadi :
(a) Bunyi egresif pulmonik : di bentuk dengan mengecilkan ruang paru-paru,otot perut dan rongga dada.
(b)
Bunyi egresif glotalik : terbentuk dengan cara merapatkan
pita suara sehingga glottis dalam keadaan tertutup.
2)
Bunyi ingresif, yaitu bunyi yang di bentuk dengan cara menghisap
udara ke dalam paru-paru.
(a)
Ingresif glotalik : pembentukannya sama dengan egresif glotalik
tetapi berbeda pada arus udara.
(b)
Ingresif velarik : di bentuk dengan menaikkan pangkal lidah
di tempatkan pada langit-langit lunak.
Kebanyakan
bunyi bahasa Indonesia merupakan bunyi egresif.
2.
Pembentukan
Vokal, Konsonan, Diftong, dan Kluster
a)
Pembentukan
Vokal
Vokal dibedakan
berdasarkan tinggi rendahnya lidah, bagian lidah yang bergerak, bentuk bibir,
dan strikturnya. Berikut ini jenis-jenis vokal berdasarkan cara pembentukannya,
yakni:
1)
Berdasarkan bentuk
bibir : vokal bulat, vokal netral, dan vokal tak bulat;
2)
Berdasarkan tinggi
rendahnya lidah : vokal tinggi, vokal madya (sedang), dan vokal rendah;
3)
Berdasarkan bagian
lidah yang bergerak : vokal depan, vokal tengah, dan vokal belakang;
4) Berdasarkan
strikturnya : vokal tertutup, vokal semi-tertutup, vokal semi-terbuka, dan
vokal terbuka.
b)
Pembentukan
Konsonan
Pembentukan
konsonan didasarkan pada empat faktor, yakni daerah srtikulasi, cara
artikulasi, keadaan pita suara, dan jalan keluarnya udara. Berikut ini
klasifikasi konsonan tersebut:
1)
Berdasarkan
daerah artikulasi : konsonan bilabial, labio dental, apikodental,
apikoalveolar, palatal, velar, glotal, dan laringal;
2)
Berdasarkan
cara artikulasi : konsonan hambat, frikatif, getar, lateral, nasal, dan
semi-vokal;
3)
Berdasarkan
keadaan pita suara : konsonan bersuara dan konsonan tak bersuara;
4)
Berdasarkan
jalan keluarnya udara : konsonan oral dan konsonan nasal.
c)
Pembentukan
Diftong
Diftong
adalah dua buah vokal yang berdiri bersama dan pada saat diucapkan berubah
kualitasnya. Perbedaan vokal dengan diftong adalah terletak pada cara hembusan
nafasnya.
Diftong dalam bahasa indonesia adalah
sebagai berikut:
1)
Diftong /au/, pengucapannya [aw]. Contohnya :
[harimaw] /harimau/
[kerbaw] /kerbau/
2)
Diftong /ai/, pengucapannya [ay]. Contohnya :
[santay] /santai/
[sungay] /sungai/
3)
Diftong /oi/, pengucapannya [oy]. Contohnya :
[amboy] /amboi/
[asoy] /asoi/
d)
Pembentukan
Kluster
Gugus
atau kluster adalah deretan konsonan yang terdapat bersama pada satu suku kata.
1)
Gugus konsonan pertama : /p/,/b/,/t/,/k/,/g/,/s/ dan
/d/.
2)
Gugus konsonan kedua : /l/,/r/ dan /w/.
3)
Gugus konsonan ketiga : /s/,/m/,/n/ dan /k/.
4)
Gugus konsonan keduanya adalah konsonan lateral /l/,
misalnya :
(a)
/pl/ [pleno] /pleno/
(b)
/bl/ [blaƞko]
/blangko/
(c)
Dan begitu seterusnya hingga konsonan kedua /r/ dan
/w/.
5)
Jika tiga konsonan berderet, maka konsonan pertama selalu
/s/, yang kedua /t/,/p/ dan /k/ dan yang ketiga adalah /r/ atau /l/. Contohnya
:
(a) /spr/
[sprey] /sprei
(b) /skr/
[skripsi] /skripsi/
(c) /skl/
[sklerosis] /sklerosis/
D.
Kajian
Fonemik
Istilah fonem dapat didefinisikan
sebagai satuan bahasa terkecil yang bersifat fungsional, artinya satuan fonem
memiliki fungsi untuk membedakan makna. Fonem juga dapat dibatasi sebagai unit
bunyi yang bersifat distingtif atau unit
bunyi yang signifikan.
Dalam hal ini perlu adanya fonemisasi
yang ditujukan untuk menemukan bunyi-bunyi yang berfungsi dalam rangka
pembedaan makna tersebut. Dengan demikian fonemisasi itu bertujuan untuk
1. menentukan struktur fonemis sebuah bahasa, dan
2. membuat ortografi yang praktis atau ejaan sebuah bahasa.
1. menentukan struktur fonemis sebuah bahasa, dan
2. membuat ortografi yang praktis atau ejaan sebuah bahasa.
Untuk mengenal dan menentukan
bunyi-bunyi bahasa yang bersifat fungsional atau fonem, biasanya dilakukan
melalui “ kontras pasangan minimal”.
Dalam hal ini pasangan minimal ialah pasangan bentuk-bentuk bahasa yang terkecil dan bermakna dalam sebuah bahasa (biasanya berupa kata tunggal) yang secara ideal sama, kecuali satu bunyi berbeda. Sekurang-kurangnya ada empat premis untuk mengenali sebuah fonem, yakni
1. bunyi bahasa dipengaruhi lingkungannya,
2. bunyi bahasa itu simetris,
3. bunyi bahasa yang secara fonetis mirip, harus digolongkan ke dalam kelas fonem yang berbeda, dan
4. bunyi bahasa yang bersifat komplementer harus dimasukkan ke dalam kelas fonem yang sama.
Dalam hal ini pasangan minimal ialah pasangan bentuk-bentuk bahasa yang terkecil dan bermakna dalam sebuah bahasa (biasanya berupa kata tunggal) yang secara ideal sama, kecuali satu bunyi berbeda. Sekurang-kurangnya ada empat premis untuk mengenali sebuah fonem, yakni
1. bunyi bahasa dipengaruhi lingkungannya,
2. bunyi bahasa itu simetris,
3. bunyi bahasa yang secara fonetis mirip, harus digolongkan ke dalam kelas fonem yang berbeda, dan
4. bunyi bahasa yang bersifat komplementer harus dimasukkan ke dalam kelas fonem yang sama.
1. Realisasi Fonem
Realisasi fonem adalah pengungkapan yang
sebenarnya dari ciri atau satuan fonologis, yakni fonem menjadi bunyi bahasa. Realisasi fonem
erat kaitannya dengan variasi fonem. Variasi fonem merupakan salah satu wujud
pengungkapan dari realisasi fonem. Secara segmental fonem bahasa Indonesia
dibedakan atas vokal dan konsonan.
2.
Variasi
Fonem
Variasi fonem
adalah wujud pelbagai manifestasi bersyarat maupun tak bersyarat dari fonem. Wujud variasi suatu fonem yang ditentukan oleh
lingkungannya dalam distribusi yang komplementer disebut varian alofonis atau
alofon.
E.
Gejala
Fonologi Bahasa Indonesia
1.
Penambahan
Fonem
Penambahan fonem pada suatu kata pada
umumnya berupa penambahan bunyi vokal. Penambahan ini dilakukan untuk
kelancaran ucapan.
2.
Penghilangan
Fonem
Penghilangan
fonem adalah hilangnya bunyi atau fonem pada awal, tengah dan akhir sebuah kata
tanpa mengubah makna. Penghilangan ini biasanya berupa pemendekan kata.
3.
Perubahan
Fonem
Perubahan
fonem adalah berubahnya bunyi atau
fonem pada sebuah kataagar
kata menjadi terdengar dengan jelas atau untuk tujuan tertentu.
4.
Kontraksi
Kontraksi adalah
gejala yang memperlihatkan adanya satu atau lebih fonem yang dihilangkan.
Kadang-kadang ada perubahan atau penggantian fonem.
5.
Analogi
Analogi adalah pembentukan
suatu kata baru berdasarkan suatu contoh yang sudah ada (Keraf, 1987:133).
6.
Fonem
Suprasegmental
Fonem vokal dan
konsonan merupakan fonem segmental karena dapat diruas-ruas. Fonem tersebut
biasanya terwujud bersama-sama dengan ciri suprasegmentalseperti tekanan,
jangka dan nada. Disamping ketiga ciri itu, pada untaian terdengar pula ciri
suprasegmental lain, yakni intonasi dan ritme.
a)
Jangka, yaitu panjang pendeknya bunyi yang di ucapkan.
Tanda […]
b)
Tekanan, yaitu penonjolan suku kata dengan memperpanjang
pengucapan, meninggikan nada dan memperbesar intensitas tenaga dalam pengucapan
suku kata tersebut.
c)
Jeda atau sendi, yaitu cirri berhentinya pengucapan bunyi.
d)
Intonasi, adalah
cirri suprasegmental yang berhubungan dengan naik turunnya nada dalam pelafalan
kalimat.
e)
Ritme, adalah ciri suprasegmental yang berhubungan dengan pola pemberian
tekanan pada kata dalam kalimat.
Pada tataran
kata, tekanan, jangka, dan nada dalam bahasa Indonesia tidak membedakan makna.
Namun, pelafalan kata yang menyimpang dalam hal tekanan, dan nada kan terasa
janggal.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Fonologi
adalah cabang ilmu bahasa (linguistik) yang mengkaji bunyi-bunyi bahasa, proses
terbentuknya dan perubahannya. Fonologi mengkaji bunyi bahasa secara umum dan
fungsional.
Istilah fonem dapat didefinisikan
sebagai satuan bahasa terkecil yang bersifat fungsional, artinya satuan fonem
memiliki fungsi untuk membedakan makna. Varian fonem
berdasarkan posisi dalam kata, misal fonem pertama pada kata makan dan makna
secara fonetis berbeda. Variasi suatu fonem yang tidak membedakan arti
dinamakan alofon.
Kajian
fonetik terbagi atas klasifikasi bunyi yang kebanyakan bunyi bahasa Indonesia
merupakan bunyi egresif. Dan yang kedua pembentukan vokal, konsonan, diftong,
dan kluster.
Dalam hal kajian fonetik, perlu adanya
fonemisasi yang ditujukan untuk menemukan bunyi-bunyi yang berfungsi dalam
rangka pembedaan makna tersebut. Dengan demikian fonemisasi itu bertujuan untuk
(1) menentukan struktur fonemis sebuah bahasa, dan
(2) membuat ortografi yang praktis atau ejaan sebuah bahasa.
(1) menentukan struktur fonemis sebuah bahasa, dan
(2) membuat ortografi yang praktis atau ejaan sebuah bahasa.
Gejala fonologi Bahasa Indonesia
termasuk di dalamnya yaitu penambahan fonem, penghilangan fonem, perubahan fonem,
kontraksi, analogi, fonem suprasegmental. Pada tataran kata, tekanan, jangka, dan nada dalam
bahasa Indonesia tidak membedakan makna. Namun, pelafalan kata yang menyimpang
dalam hal tekanan, dan nada kan terasa janggal.
B.
SARAN
Adapun saran yang dapat
penulis sampaikan yaitu kita sebagai calon pendidik, harus selalu menggali
potensi yang ada pada diri kita. Cara menggali potensi dapat dilakukan salah
satunya dengan cara mempelajari makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini dapat
bermanfaat untuk kita ke depannya. Amiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar